(PDF) IBM PENGRAJIN SEPATU DAN SANDAL KULIT Produksi Sendal Sepatu

(PDF) IBM PENGRAJIN SEPATU DAN SANDAL KULIT

Allow, selamat pagi, di kesempatan akan membahas mengenai produksi sendal sepatu (PDF) IBM PENGRAJIN SEPATU DAN SANDAL KULIT simak selengkapnya 

Kegiatan IbM ini bertujuan untuk membantu dua kelompok pengrajin sepatu di desa Pandanlandung dan Sukodadi kecamatan Wagir terkait kendala dalam meningkatkan kemampuan produksinya serta dalam meningkatkan kualitas produk, kemasan dari produk, serta pelayanan terhadap konsumen bagi produk yang telah dihasilkan. Metode yang ditawarkan untuk mengatasi permasalahan kelompok usaha mitra adalah sebagai berikut (1) Pelatihan manajemen produksi sepatu kulit yang berkualitas; (2) Pelatihan penggunaan alat bantuan hibah berupa mesin jahit benang besar juki, mesin seset sepatu, serta mesin press sepatu dan sandal; (3) Pelatihan dan pendampingan pembuatan kemasan sepatu dan sandal yang menarik; (4) Pelatihan display produk dengan bantuan etalase; (5) Pelatihan manajemen keuangan yang baik sesuai standar UKM; (6) Pelatihan manajemen pemasaran; (7) Pelatihan dan pembuatan media sarana promosi online. Hasil pelaksanaan menunjukkan bahwa kegiatan telah terlaksana sesuai rencana dan mendapat respon yang positif dari mitra kegiatan Ipteks bagi Masyarakat ini. Kegiatan ini juga dapat memberikan dampak yang positif terhadap perkembangan usaha produksi sandal dan sepatu dari kedua mitra. Kata kunci: IbM; pengrajin sepatu; sandal kulit.

JPM (Jurnal Pemberdayaan Masyarakat)

ISSN : 25411977 E- ISSN : 25411977

Vol. 2 No. 2 2017

http://ejournal.unikama.ac.id/index.php/jpm

166

IBM PENGRAJIN SEPATU DAN SANDAL KULIT

Uun Muhaji1, Irma Tyasari2

Universitas Kanjuruhan Malang1,2

uun.muhaji@gmail.com1, irmatyasari@gmail.com2

Abstract

The objective of this community service program was to help two groups of shoe

makers in Pandanlandung and Sukodadi village in Wagir districts which were struggling to

improve their production capacity, product quality, packaging, and customer service. During

the implementation of this program, the method offered to help overcoming those problems

was by conducting: (1) a workshop on a quality shoe production management; (2) a

workshop on utilizing granted shoe production machineries which done after the handover of

the machineries; (3) a workshop on producing decent shoes and sandals packaging; (4) a

workshop on product displaying which done after the handover of the product displays; (5) a

workshop on Small to Medium Enterprise’s standardized money management; (6) a

workshop on marketing management; and (7) a workshop on online promotion media. The

result of this community service program showed that the planned help-offerings were

conducted on shcedule, the responses were positive, and the impact on the shoe prodcuction

was also positive.

Keywords: community service program; shoemakers; leather sandals.

Abstrak

Kegiatan IbM ini bertujuan untuk membantu dua kelompok pengrajin sepatu di desa

Pandanlandung dan Sukodadi kecamatan Wagir terkait kendala dalam meningkatkan

kemampuan produksinya serta dalam meningkatkan kualitas produk, kemasan dari produk,

serta pelayanan terhadap konsumen bagi produk yang telah dihasilkan. Metode yang

ditawarkan untuk mengatasi permasalahan kelompok usaha mitra adalah sebagai berikut (1)

Pelatihan manajemen produksi sepatu kulit yang berkualitas; (2) Pelatihan penggunaan alat

bantuan hibah berupa mesin jahit benang besar juki, mesin seset sepatu, serta mesin press

sepatu dan sandal; (3) Pelatihan dan pendampingan pembuatan kemasan sepatu dan sandal

yang menarik; (4) Pelatihan display produk dengan bantuan etalase; (5) Pelatihan manajemen

keuangan yang baik sesuai standar UKM; (6) Pelatihan manajemen pemasaran; (7) Pelatihan

dan pembuatan media sarana promosi online. Hasil pelaksanaan menunjukkan bahwa

kegiatan telah terlaksana sesuai rencana dan mendapat respon yang positif dari mitra kegiatan

Ipteks bagi Masyarakat ini. Kegiatan ini juga dapat memberikan dampak yang positif

terhadap perkembangan usaha produksi sandal dan sepatu dari kedua mitra.

Kata kunci: IbM; pengrajin sepatu; sandal kulit.

JPM (Jurnal Pemberdayaan Masyarakat)

ISSN : 25411977 E- ISSN : 25411977

Vol. 2 No. 2 2017

http://ejournal.unikama.ac.id/index.php/jpm

167

A. PENDAHULUAN

Wagir merupakan salah satu

kecamatan yang terletak di Kabupaten

Malang, Provinsi Jawa Timur. Kecamatan

Wagir terletak pada bagian tengah utara

kabupaten Malang dan berbatasan

langsung dengan empat kecamatan, Kota

Malang, dan kabupaten Blitar. Pada

sebelah utara, berbatasan dengan

kecamatan DAU, sedangkan pada sebelah

timur berbatasan dengan Kota Malang.

Pada bagian selatan, Wagir berbatasan

dengan kecamatan Pakisaji, kecamatan

Ngajum, dan kecamatan Wonosari.

Kondisi ini menjadikan kecamatan Wagir

sebagai wilayah yang memiliki posisi

cukup strategis yang ditandai dengan

semakin ramainya jalur transportasi yang

melewati kecamatan Wagir baik jalur

transportasi utara maupun selatan. Posisi

koordinat kecamatan Wagir berada pada

112,5406 Bujur Timur dan 112,6112

Bujur Barat dan antara 8,0301 Lintang

selatan dan 1,9702 Lintang selatan. Pada

kecamatan Wagir, terdapat 12 desa dan

dua desa diantaranya yaitu desa Sukodadi

dan desa Pandanlandung (Badan Pusat

Statistik Kabupaten Malang, 2016).

Mata pencaharian penduduk desa

Sukodadi dan desa Pandanlandung cukup

beragam yaitu petani, pedagang, buruh,

serta pengrajin industri kecil dan

menengah. Dari beberapa jenis mata

pencaharian penduduk tersebut,

khususnya dari pengrajin industri kecil

dan menengah, terdapat potensi yang

sangat menjanjikan dari desa Sukodadi

dan desa Pandanlandung yaitu dengan

adanya pengrajin sepatu dan sandal kulit

pada kedua desa tersebut. Produk

kerajinan sepatu dan sandal kulit tersebut

telah masuk sebagai salah satu produk

unggulan dari kecamatan Wagir. Perlu

diketahui bahwa diantara kedua belas desa

yang ada di kecamatan Wagir, hanya desa

Sukodadi dan desa Pandanlandung yang

memiliki pengrajin sepatu kulit sehingga

potensi ini masih sangat bisa bersaing dan

masih sangat perlu untuk dikembangkan.

Produk sepatu dan sandal kulit dari

pengrajin pada kedua desa tersebut juga

sudah cukup dikenal dan mulai memiliki

pelanggan baik dari wilayah Malang dan

sekitarnya maupun dari luar wilayah

Malang. Adapun pengrajin sepatu dan

sandal kulit pada desa Pandanlandung

adalah bapak Suparmin, sedangkan pada

desa Sukodadi dusun Jamuran pengrajin

sepatu dan sandal kulit adalah bapak

Meseno. Gambar 1. Suasana ruang.

Gambar 1. Pengerjaan produk sepatu dan sandal

kulit

Gambar 2. Produk sepatu dan sandal kulit yang

dihasilkan oleh pengrajin

Terlepas dari telah berjalannya

usaha produksi sepatu dan sandal kulit

tersebut, serta telah masuknya produk

kerajinan ini sebagai potensi unggulan

yang dimiliki oleh kedua desa, masih

terdapat kendala yang dihadapi oleh para

pengrajin tersebut dalam meningkatkan

kemampuan produksinya serta dalam

meningkatkan kualitas produk, kemasan

JPM (Jurnal Pemberdayaan Masyarakat)

ISSN : 25411977 E- ISSN : 25411977

Vol. 2 No. 2 2017

http://ejournal.unikama.ac.id/index.php/jpm

168

dari produk, serta pelayanan terhadap

konsumen bagi produk yang telah

dihasilkan.

Kedua pengrajin, yaitu bapak

Suparmin dan bapak Meseno, dari kedua

desa tersebut memiliki kendala dalam hal

meningkatkan kemampuan produksi serta

kualitas produk yang dihasilkan yang

dikarenakan oleh sangat minimnya

peralatan penunjang produksi sandal dan

sepatu kulit yang dimiliki. Pengerjaan

pada proses produksi masih bersifat

manual dengan peralatan yang masih

sangat terbatas dan masih merupakan

peralatan yang dibuat sendiri oleh

pengrajin. Hal ini mengakibatkan

pengrajin mengalami kesulitan untuk

berkembang dan meningkatkan hasil

produksi. Kedua pengrajin sangat

membutuhkan peralatan penunjang

produksi berupa mesin jahit benang besar

juki, mesin seset sepatu, serta mesin press

sepatu dan sandal.

Selain hal tersebut diatas, kedua

pengrajin juga mengalami kendala dalam

meningkatkan kualitas kemasan produk

yang dihasilkan. Dikarenakan minimnya

sumberdaya yang dimiliki, pada saat ini

produk yang dihasilkan hanya dikemas

dengan sangat sederhana dan tidak

menarik. Padahal kemasan produk yang

menarik akan berdampak sangat positif

pada kesan yang ditimbulkan bagi

konsumen. Produk yang dikemas secara

apik dan menarik akan menambah minat

dari konsumen untuk membeli produk

tersebut dan akan menimbulkan kepuasan

tersendiri pada saat membelinya. Kedua

pengrajin membutuhkan bantuan dalam

desain kemasan yang menarik serta

sumberdaya keuangan untuk mewujudkan

kemasan yang menarik tersebut.

Lebih jauh lagi, tidak hanya kedua

hal tersebut diatas yang menjadi kendala,

namun juga dari segi pelayanan terhadap

konsumen yang datang langsung ke

tempat perajin yang dalam hal ini terkait

dengan tidak adanya etalase yang menarik

untuk memajang produk unggulan sandal

dan sepatu kulit. Etalase yang digunakan

untuk memajang produk hasil kerajinan

sandal dan sepatu kulit yang disediakan

oleh pengrajin ditempat hanyalah berupa

rak sepatu/sandal sederhana yang terbuat

dari kayu. Hal ini patut disayangkan

karena mengurangi nilai estetika dan daya

tarik produk. Dengan menggunakan

etalase yang sangat sederhana dan tidak

menarik, produk yang dipajang juga

menjadi kurang menarik.

Gambar 3. Produk sepatu dan sandal yang dipajang

dengan cara ditumpuk seadanya pada rak kayu

yang menempel di dinding.

Terkait dengan kondisi pengrajin

sepatu dan sandal kulit di desa Sukodadi

dan desa Pandanlandung yang

digambarkan diatas serta visi misi dari

kecamatan Wagir yaitu terwujudnya

masyarakat yang Madep Manteb

(Mandiri, Agamis, Demokratis, Produktif,

Maju, Aman, Tertib, dan Berdaya saing)

maka perlu peran serta semua pihak untuk

mewujudkan visi misi tersebut terutama

terkait faktor Produktif, Maju, dan

Berdaya saing. Untuk membantu

mewujudkan hal tersebut, yaitu

mengembangkan usaha kecil dan

menengah yang dikelola oleh masyarakat

yang khususnya dalam hal ini adalah

pengrajin sepatu dan sandal kulit agar

menjadi lebih produktif, maju, dan

berdaya saing, perlu adanya bantuan

terkait permodalan bagi para pengrajin.

JPM (Jurnal Pemberdayaan Masyarakat)

ISSN : 25411977 E- ISSN : 25411977

Vol. 2 No. 2 2017

http://ejournal.unikama.ac.id/index.php/jpm

169

Dengan bantuan permodalan yang

memadai serta bantuan pendampingan

usaha maka diyakini produk unggulan

yang dimiliki oleh kedua desa ini akan

mampu berkembang secara positif melalui

peningkatan kuantitas serta kualitas

produksi, pengemasan produk yang

menarik, serta layanan konsumen yang

baik. Pada akhirnya usaha kecil menengah

pada kedua desa ini diharapkan akan

mampu bersaing dengan produk yang

dihasilkan dari daerah-daerah lainnya.

Selain itu, peningkatan kuantitas dan

kualitas produksi akan memacu

pertumbuhan permintaan akan produk

yang pada akhirnya akan memberikan

peluang kerja yang lebih banyak bagi

masyarakat sekitarnya. Dengan demikian,

dampak jangka panjang yang akan dapat

diraih yaitu peningkatan pendapatan dan

tingkat perekonomian masyarakat.

Permasalahan Mitra

Permasalahan yang dihadapi

pengrajin sepatu dan sandal tersebut saat

ini antara lain:

1) Sangat minimnya peralatan

penunjang produksi sandal dan sepatu

kulit yang dimiliki. Pengerjaan pada

proses produksi masih bersifat manual

dengan peralatan yang masih sangat

terbatas dan masih merupakan peralatan

yang dibuat sendiri oleh pengrajin. Hal ini

mengakibatkan pengrajin mengalami

kesulitan untuk berkembang dan

meningkatkan hasil produksi. Kedua

pengrajin sangat membutuhkan peralatan

penunjang produksi berupa mesin jahit

benang besar juki, mesin seset sepatu,

serta mesin press sepatu dan sandal.

2) Kedua pengrajin juga mengalami

kendala dalam meningkatkan kualitas

kemasan produk yang dihasilkan.

Dikarenakan minimnya sumberdaya yang

dimiliki, pada saat ini produk yang

dihasilkan hanya dikemas dengan sangat

sederhana dan tidak menarik.

3) Etalase yang digunakan untuk

memajang produk hasil kerajinan sandal

dan sepatu kulit yang disediakan oleh

pengrajin ditempat hanyalah berupa rak

sepatu/sandal sederhana yang terbuat dari

kayu. Hal ini patut disayangkan karena

mengurangi nilai estetika dan daya tarik

produk. Dengan menggunakan etalase

yang sangat sederhana dan tidak menarik,

produk yang dipajang juga menjadi

kurang menarik.

4) Belum adanya manajemen keuangan

yang baik sehingga aliran dana usaha

produksi sering tersendat.

5) Kurangnya pengetahuan dan

ketrampilan mitra dalam membuat media

promosi dan strategi pemasaran.

B. METODE PELAKSANAAN

Metode yang ditawarkan

Metode yang ditawarkan untuk

mengatasi permasalahan kelompok usaha

mitra adalah sebagai berikut:

1. Pelatihan manajemen produksi sepatu

kulit yang berkualitas.

2. Pelatihan penggunaan alat bantuan

hibah berupa mesin jahit benang besar

juki, mesin seset sepatu, serta mesin

press sepatu dan sandal.

3. Pelatihan dan pendampingan

pembuatan kemasan sepatu dan sandal

yang menarik.

4. Pelatihan display produk dengan

bantuan etalase.

5. Pelatihan manajemen keuangan yang

baik sesuai standar UKM

6. Pelatihan manajemen pemasaran.

7. Pelatihan dan pembuatan media sarana

promosi online.

Langkah-langkah solusi

Langkah-langkah solusi untuk

menunjang metode yang ditawarkan untuk

mengatasi permasalahan kelompok usaha

mitra adalah:

1. Pelatihan manajemen produksi sepatu

kulit yang berkualitas.

JPM (Jurnal Pemberdayaan Masyarakat)

ISSN : 25411977 E- ISSN : 25411977

Vol. 2 No. 2 2017

http://ejournal.unikama.ac.id/index.php/jpm

170

Dalam pelatihan ini maka mitra

difasilitasi untuk studi lapang sehingga

mitra memperoleh gambaran untuk

pengembangan usahanya.

2. Pelatihan penggunaan alat bantuan

hibah berupa mesin jahit benang besar

juki, mesin seset sepatu, serta mesin

press sepatu dan sandal.

Pelatihan ini diperlukan agar mitra

dapat menggunakan alat yang telah

dihibahkan sesuai dengan prosedur

dan dapat membantu menghasilkan

produk yang bernilai ekonomis tinggi.

3. Pelatihan dan pendampingan

pembuatan kemasan sepatu dan sandal

yang menarik. Kemasan sebelumnya

masih menggunakan kardus dan tas

pembungkus seadanya sehingga perlu

desain kemasan yang layak dan

menarik.

4. Pelatihan display produk dengan

bantuan etalase. Produk sepatu yang

dijual masih menggunakan etalase

seadanya sehingga perlu adanya

etalase sebagai tempat display produk

yang menarik.

5. Pelatihan manajemen keuangan yang

baik sesuai standar UKM. Mitra

diharapkan dapat menyusun keuangan

yang baik sesuai standar UKM

sehingga dapat melakukan

perencanaan pengembangan usaha

jangka pendek, menengah dan

panjang.

6. Pelatihan manajemen pemasaran.

Pemasaran merupakan faktor penting

pada berlangsungnya proses produksi.

Oleh karena itu diperlukan pelatihan

manajemen pemasaran yang baik.

7. Pelatihan dan pembuatan media sarana

promosi online. Sarana promosi online

merupakan salah satu sarana untuk

memasarkan produk secara luas

sehingga dalam mengembangkan

usahanya diperlukan suatu upaya

untuk membuat media sarana promosi

tersebut.

Partisipasi mitra dalam

pelaksanaan program

Partisipasi mitra dalam pelaksanaan

program IbM sangat menentukan

keberhasilan dan keberlanjutan program.

Berikut adalah partisipasi aktif mitra

dalam pelaksanaan program IbM ini yaitu:

a. Pelatihan dan pendampingan

Pelatihan alat penggunaan produksi,

pelatihan mendesain kemasan,

pelatihan menyusun rencana usaha,

pelatihan menyusun laporan keuangan,

pelatihan pembuatan sarana promosi

dan pemasaran online, pelatihan

manajemen pembukuan produksi dan

pemesanan. Proses pelatihan dan

pendampingan berlangsung di salah

satu rumah tempat mitra melakukan

kegiatan produksi sehingga dapat

dengan mudah diaplikasikan oleh

mitra.

b. Pemberian bantuan hibah alat produksi

Pemberian hibah bantuan alat ini juga

berlangsung di tempat mitra sehingga

aplikasi penggunaan alat tersebut akan

mudah terlaksana dengan baik. Mitra

sendiri berperan dengan sangat aktif

dalam survey dan pengecekan

ketersediaan alat produksi di

distributor sehingga alat tersebut

benar-benar sesuai dengan kebutuhan

mitra dan dapat dimanfaatkan dengan

baik.

c. Kunjungan Lapang

Kunjungan lapang kelokasi mitra

sebagai bentuk pendampingan dan

dilakukan secara periodik berdasarkan

kesepakatan dari pengabdi dan mitra

sehingga proses pendampingan dapat

dilakukan dan pengabdi dapat

memonitor perkembangan usaha

mitra.

C. PEMBAHASAN

Berdasarkan rancangan evaluasi

kegiatan, tahapan kegiatan penelitian

This research hasn't been cited in any other publications.

This research doesn't cite any other publications.

oke penjelasan perihal (PDF) IBM PENGRAJIN SEPATU DAN SANDAL KULIT semoga artikel ini bermanfaat terima kasih

Artikel ini diposting pada kategori produksi sendal sepatu, produksi sepatu sandal mojokerto jawa timur, produksi sandal dan sepatu, , tanggal 12-06-2019, di kutip dari https://www.researchgate.net/publication/321867810_IBM_PENGRAJIN_SEPATU_DAN_SANDAL_KULIT

Comments

Popular posts from this blog

[VIDEO] Resep Bikin Permen Salted Caramel,  Cuma Butuh 5 Bahan Lho! Cara Membuat Permen

Buah Huni - Direktorat Eksekutif ITB Kampus Jatinangor Rujak Buah Huni

Alamat Dan Harga Tiket Masuk Kolam Renang Aldepos Tenjolaya Bogor Kolam Renang Ciapus