Jalan Jalan Ke Turki (3) Rumah Sutra Ciapus

Jalan Jalan ke Turki (3)

Hohoho, selamat malam, artikel ini hendak menjelaskan melanggar rumah sutra ciapus Jalan Jalan ke Turki (3) simak selengkapnya 

Di musim pertama itu, kami selanjutnya mengabah Kota Bursa. Ini merupakan tempat kemunculan Ustman Gazi (Osman Gazi), bapak pendiri Dinasti Ustmaniyah. Di kota berjauh 194 kilometer kidul Istanbul itulah Kerajaan Ustmaniah mula-mula kali berdiri.  Menuju ke metropolitan harus dengan penghubung sampai Osman Gazi.

Jembataan ini merupakan perantara sampai keempat di Turki yang melewati celah Bosphorus.  Jembatan untuk mengenang pembangun Kerajaan Ustmaniyah (Ottoman) ini panjangnya 2.682 meter ataupun 2,6 kilometer. Diresmikan ala 1 Juli 2016. Setahun lalu.

Sebelum ini, Turki punya tiga jembatan gantung bak perantara gantung Golden Gate San Fransisco (2.727 meter), Amerika. Yakni, Jembatan Sultan Muhammad Alfatih (1.510 meter), Jembatan Bospohorus (1.560 meter),  dengan Jembatan Sultan Salim (2.164 meter). Jembatan Osman Gazi juga diklaim sebagai perantara sampai terpanjang keempat di dunia.

Melewati penghubung ini punya impresi tersendiri. Kita bisa melihat Istanbul dan Bukit Marmara seakan dari arah gunung. Maklum, adiluhung perantara ini 234 meter. Jarak ke kolong 64 meter. Selat Bosphorus pula boleh kita amat-amati bak lautan membiru. Kapal-kapal ferry, tanker, dan kapal lain terlihat lalu lalang. Perkotaan Istanbul dengan Marmara jelas menarik seperti melihat memanfaatkan drone. 

Pemandangan itu tak lama. Sebab, dalam kecepatan kendaran 80 km/perjam, melampaui jembatan ini sekadar beberapa menit saja.

Perjalanan mengabah Bursa sekitar 1,5 jam. Lebih cepat dibanding tiga tarikh silam sebelum perantara Osman Gazi beroperasi. Inilah metropolitan terbanyak keempat di Turki setelah Ankara, Istanbul dan Izmir. Penduduk metropolitan ini 33 juta. Menjadi pusat ekonomi keempat di Turki. Di metropolitan ini pabrik mobil Fiat dan Hyundai berdiri. 

Terdapat lagi cable car selevel 8.800 meter. Salah eka cable car perfek dan tercepat di dunia. Naik selevel itu sekadar memakan waktu 22 menit. Pada masa dingin, Bursa jadi jujukan para pelancong. Utamanya dari Saudi Arabia.  Bermain selancar di tempat gunung Bursa.

Jalan Jalan ke Turki (3)

Selain perusahaan otomotif, Bursa ialah penghasil zaitun. Tanaman zaitun bukan sekedar dalam bentuk tegal dengan sawah, akan tetapi sudah bagaikan hutan. Bukit-bukit, lereng-lereng, dengan dataran-dataran penuh dengan alas zaitun. Selain zaitun, Bursa lagi penghasil sutra, madu, dan agribisnis lain.

Bursa ialah ibukota mula-mula kerajaan Ustmaniyah. Didirikan Ustman Gazi  pada warsa 1326. Bursa dijuluki Yesil Bursa;  bursa yang hijau. 

Setiba di Bursa kita tidak melantas bersarang hotel. Namun, mengabah Masjid Hijau, makam Sultan Mehmet I, dan mendatangi Rumah Sutra. 

Begitu anjlok dari otomobil Mini Van Mercy saya terus disambut akibat gedung berwana abang berlantai dua. Ditulis dengan aksara menonjol berwarna hijau: Rumah Sutra. Ahai, berbicara Indonesia? Pemiliknya dari Indonesia kah? Jangan-jangan benar. Sebab, usai berdansa dari kapal terbang di Istanbul, saya diajak sarapan pagi di Warung Nusantara. Pemiliknya orang Turki. Tapi, istrinya dari Padang, Sumatra.

Apakah Rumah Sutra juga demikian? Tak da jawaban. Kita disambut laki-laki Turki dan SPG warga Turki juga. Disilahkan bersarang lewat pintu yang diatasnya bertulis Silk House. Sedangkan tulisan Rumah Sutra berada kiri pintu.

Ah, agak-agak itu akal dagang saja. Itu untuk mendekatkan awak kepada pelancong dari Indonesia yang berjibun bersetuju Turki.  Turki ialah salah eka destinasi wisata favorit bagi pelancong awal Indonesia. Bahkan, paket-paket umroh pun sekarang berjibun yang menjual dengan wisata ke Turki.

Ibu-ibu – dengan juga bapak-bapaknya—sering memburu benang produksi Turki. Di Rumah Sutra itu bejibun aneka pakaian, mantel, sandal, kerudung, syal, pashmina, jilbab, taplak meja, rukuh, dandanan dinding, dompet, tas, sepatu, dan berbagai aksesoris berbahan sutra. Sutra Turki terkenal berkualitas. Dibanding di China, benang Turki lebih dipercaya originalitasnya.

Maka, tak heran, buat melayani tamu asal Indonesia yang camar belanja, pengusaha di Bursa bersedia memberi cap tokonya dengan cap Rumah Sutra. Eh ini juga. Para SPG-nya ternyata juga bijak berbahasa Indonesia.

Rumah Sutra ini berada persis di bawah Masjid Hijau dengan kuba Sultan Mehmet I. Sangat strategis. Siapapun pelancong yang ingin berkunjung ke Masjid Hijau pasti melewatinya. Siapapun yang anjlok dari makam Sultan Mehmet I jua melewatinya.

Hari itu, kita diminta melewati Rumah Sutra. Prioritasnya adalah menghadiri Masjid Hijau dan ziarah ke Makam Sultan Mehmet I. 

Jalan Jalan ke Turki (3)

Dalam adab Turki, Masjid Hijau disebut Yesil Camii. Yesil artinya hijau. Camii bermakna masjid. Disebut lagi masjid agung (masjid jamik). Ada juga gelar di Turki: Mescit. Kalau dengan bahasa Indonesia dilafal masjid. Tapi, adab Turki Mescit berarti bandarsah alias masjid kecil.

Disebut Masjid Hijau karena (bagian) dalam masjid didominasi warna hijau dengan toska. Warna lugu juga melambangkan warna Islam. 

Masjid Hijau mulai dibangun ala 1419. Di masa pemerintahan Sultan Celebi Mehmed atau lagi disebut Mehmed I. Kakek Sultan Muhammad Alfatih, penakluk Konstantinopel.Masjid ini indah sekali. Salah satunya jejak-jejak peralihan gedung dari abad Seljuk Turki ke abad Utsmaniyah Turki. Ciri utamanya kubah besar dengan menara tinggi. Di kemudian hari, itulah yang jadi ciri khas gedung masjid di seluruh Dinasti Ustmaniyah.

Desain Masjid Hijau menjadi multifungsi. Tak sekedar masjid. Namun, menjadi madrasah/pesantren dan area memutuskan bab bangsa . Ada tujuh lajur dalam masjid itu. Ruang utama berfungsi sebagai tempat salat. Letaknya berada di ketika setelah bab masuk. 

Di sayap kiri dan kiri ruang sembahyang sekitar mihrab dengan mimbar terdapat  dobel ruangan. Dipakai untuk langgar atau pondok area getah perca santri mengaji. Sedang duet lajur lagi untuk mengadili perkara.

Di jarak kedua ruang sidang guam itu ada satu pancuran air. Terdiri dari bahan batu pualam. Kalau airnya dipancurkan terdengar suara gemericik cairan yang nyaring. Selain berfungsi buat berwudu, jua meredam suara dari empat serambi tersebut. Pancuran itu jua sebagai AC alam saat hari panas.

Di atas pintu bersarang ada bilik yang dipakai istimewa salat Sultan dan keluarganya. Sultan sebenarnya ingin salat berjamaah di derek depan. Namun, alasan faktor keamanan, mengatur berdoa di dalam anjungan itu. Balkon ini lagi dipakai iktikaf Sultan dan keluarga pada 10 yaum terakhir Ramadan.

Yang menarik juga. Di kaki (gunung) bilik itu diperoleh dua kolom kecil. Tempat ini dikhususkan belah jamaah masbuk (tertinggal salat). Jamaah masbuk dilarang melantas memasuki banjar bersama jamaah lain. Tapi, harus sembahyang ‘’menyendiri’’ di dalam lajur halus itu. 

Mengapa? Tujuannya alih-alih sederhana. Agar membayangkan tidak mengacaukan jamaah yang ingin keluar masjid begitu usai salat. (bersambung)

(bj/*/bet/JPR)

oke detil melanda Jalan Jalan ke Turki (3) hendaknya info ini bermanfaat salam

tulisan ini diposting ala label , tanggal 03-07-2019, di kutip dari https://radarbojonegoro.jawapos.com/read/2017/10/05/17550/jalan-jalan-ke-turki-3

Comments

  1. numpang promote ya min ^^
    Hayyy guys...
    sedang bosan di rumah tanpa ada yang bisa di kerjakan
    dari pada bosan hanya duduk sambil nonton tv sebaiknya segera bergabung dengan kami
    di DEWAPK agen terpercaya di tunggu lo ^_^

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Grosir Sepatu Murah | Import Gaul Pengrajin Sendal Sepatu Ciapus

Alamat Dan Harga Tiket Masuk Kolam Renang Aldepos Tenjolaya Bogor Kolam Renang Ciapus

[VIDEO] Resep Bikin Permen Salted Caramel,  Cuma Butuh 5 Bahan Lho! Cara Membuat Permen